Dalam sebuah artikel di Atlanta Journal-Constitution yang berjudul "Hassled For The Holidays" (Pertengkaran Selama Liburan), Bill Hendrick menggambarkan ketegangan-ketegangan yang terjadi pada masa Natal. Ia menulis bahwa bagi jutaan orang, pulang ke rumah untuk liburan telah menjadi sesuatu yang sulit, sebuah siksaan yang penuh ketegangan. Para pria dan wanita dewasa tanpa sadar harus kembali pada peran mereka sebagai anak-anak, pada orang tua yang suka memerintah seperti raja, dan pada anggota keluarga lain yang ikut menentukan semua keputusan.
Bahkan dalam keluarga yang terbaik sekalipun, reuni keluarga selama liburan dapat menjadi saat yang penuh dengan ketegangan bila kita tidak dapat merasakan damai sejahtera. Namun Galatia 5 menyatakan bahwa sebagai manusia baru di dalam Kristus, kita diberi kebebasan untuk menentukan segala pikiran dan tindakan, di mana pun kita berada. Jika kita hidup menurut keinginan daging yang penuh dosa, hasilnya adalah "perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan" (ayat 20). Namun jika Roh Kudus menguasai kita, kita dapat menunjukkan "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (ayat 22-23). Saat kita berkumpul bersama keluarga kita, buah Roh ini dapat terlihat bila kita saling melayani dalam kasih (ayat 13).
Banyak orang merindukan adanya "damai di bumi dan perbuatan baik terhadap sesama" selama masa Natal. Bawalah semuanya itu pulang bersama kita, dan dengan kuasa Roh Kudus bagikanlah anugerah damai sejahtera Allah kepada keluarga dan para sahabat.
Bila Anda ingin menjadi pembawa damai, biarkan damai Kristus menguasai hati Anda.